Siapa yang tak ingin mengendara mobil listrik di jalanan ibukota? Meliuk-liuk menembus keramaian dengan mesin yang nyaris tak bersuara. Mobil listrik ini juga terbukti hemat bahan bakar dan lebih ramah lingkungan dibanding mobil berbahan bakar BBM. Namun sayangnya, kendaraan futuristik tersebut saat ini masih menjadi barang langka di Indonesia, hanya dimiliki beberapa kepala.
Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia)
mencatat, selama tahun 2020 hanya 81 unit mobil listrik yang terjual di
Indonesia, itu sudah termasuk unit Hyundai Ioniq EV yang dipakai oleh Grab.
Namun angka ini belum termasuk angka penjualan mobil listrik Tesla, karena
distributor Tesla di Indonesia belum tergabung sebagai anggota Gaikindo.
Sementara
itu, produsen mobil Jepang seperti Honda dan Toyota masih belum melihat
kebutuhan pasar yang signifikan terhadap mobil listrik. Volume penjualan mobil
jenis ini kurang dari 3% dari total penjualan mobil secara global. Kurangnya
minat konsumen ini mungkin disebabkan karena harganya yang lebih mahal, jarak
tempuh yang pendek, maupun lamanya waktu charging.
Harga yang masih tinggi diakui pihak pabrikan menjadi faktor utama
langkanya peminat mobil kelas ini. Harga termurah mobil listrik di Indonesia masih
dibanderol di atas Rp 400 juta, harganya sekitar dua kali lipat harga mobil
berbahan bakar bensin dengan performa dan interior serupa. Wajar, karena di
mobil listrik baterai sebagai komponen utama menyumbang setengah dari harga
jualnya. Untuk mobil listrik seharga Rp 700 juta misalnya, harga baterainya bisa
mencapai Rp 350 juta sendiri.
Belum lagi ketersediaan tempat pengisian daya (charging station)
yang masih terbatas. Hingga April 2021, baru tersedia 112 unit charging station
yang tersebar di 83 lokasi di Indonesia, baik di SPBU, SPBG, perkantoran,
perhotelan, pusat perbelanjaan, hingga area parkir. Mengantisipasi tingginya
permintaan mobil listrik nasional, PLN cukup ambisius dengan menargetkan
penyediaan charging station hingga 31.866 unit secara nasional pada
tahun 2031. Guna meningkatkan pelayanan konsumen, PLN juga telah menyiapkan
aplikasi Charge.IN untuk mengetahui lokasi charging station terdekat dan
melihat konsumsi listrik kendaraan pribadi.
Tak perlu menunggu lama, banyak perusahaan otomotif yang kemudian
merencanakan peluncuran mobil listrik dengan harga ekonomis. Salah satunya
Wuling Asal China, yang pede bisa menyediakan harga mobil listrik di kisaran Rp
100 juta untuk pasar Indonesia.
Dalam urusan mobil listrik ini Pemerintah memang sangat serius.
Sejak Perpres mobil listrik (Perpres Nomor 55 Tahun 2019) ditandatangani 8
Agustus 2019, berbagai upaya akselerasi mobil listrik massif dilakukan oleh
berbagai pihak. Tak hanya soal kepedulian lingkungan, penurunan impor BBM dan
upaya penyerapan produksi listrik menjadi alasan mobil listrik ini layak
menjadi program prioritas yang terus digaungkan.
Mungkin saat ini mobil listrik masih menjadi konsumsi kelas atas.
Namun, bukan tidak mungkin ketika nantinya bisnis model kendaraan listrik ini
berkembang pesat, penjualan meningkat, dan harga semakin ekonomis, maka
kalangan menengah akan berlomba membawa pulang kendaraan rendah emisi ini ke
rumahnya.
Menanti Geliat Industri Baterai Nasional
Saat industri hilir mobil listrik mulai menampakkan
perkembangannya, kesiapan industri penopang di sisi hulu menjadi tantangan
selanjutnya. Para ahli di seluruh dunia sepakat, faktor utama dalam
pengembangan sebuah kendaraan berbasis listrik terletak pada baterai. Diyakini,
Tesla dapat menekan harga mobil listrik karena keberhasilan pengembangan
baterai yang semakin efisien, yang membawanya sebagai salah satu pemain utama
mobil listrik dunia hingga saat ini.
Sementara itu, bahan baku baterai yakni nikel merupakan salah satu
kekayaan mineral terbesar yang dimiliki Indonesia. Sebagai pemilik cadangan
nikel tertinggi di dunia (52% dari cadangan dunia), harapan datang bagi
Indonesia untuk dapat memproduksi baterai sebagai penopang industri mobil
listrik nasional.
Logikanya, ketika baterai bisa dihasilkan dalam negeri tentunya
akan banyak menurunkan biaya produksi mobil listrik yang dikembangkan. Apakah sesederhana
itu?
Ada banyak proses yang harus dilalui untuk mengolah bijih nikel
menjadi baterai (Li-ion) yang digunakan untuk mobil listrik, laptop maupun HP.
Di tahap awal ada smelter penghasil produk transisi yang harus disiapkan. Di
sana sudah ada dua pesaing besar yakni Moa Bay di Kuba dan Coral Bay di
Filipina. Setelah melalui smelter yang mengolah nikel menjadi produk transisi,
dibutuhkan beberapa industri turunan yang pada akhirnya memproduksi baterai.
Selanjutnya, produk antara ini kembali diolah menjadi Nickel
Sulphate. Sudah ada pendahulu di sana antara lain Sumitomo Metal and Mining
(Jepang) dan Umicore (Belgia). Setelah itu, produk tersebut diolah lagi menjadi
katoda baterai, dimana pasar dunia untuk produk katoda ini telah dikuasai SMM
dan LG Chem serta Samsung (Korea). Terakhir adalah perakitan baterai, sudah ada
LG Chem, Samsung, dan CATL (China) sebagai pemain utama.
Tak mau kalah bersaing, langkah besar untuk menjemput momen memanfaatkan
sumber daya nikel untuk baterai dilakukan. Awal 2021, Pemerintah mendorong
lahirnya PT Industri Baterai Indonesia (IBI), produsen baterai kendaraan
listrik milik BUMN, yang sahamnya dimiliki bersama perusahaan pelat merah
nasional yakni PT Pertamina (Persero), PT Antam Tbk, PT PLN (Persero), dan Mining
Industry Indonesia (MIND ID) dengan porsi kepemilikan masing-masing 25%. Investasi
USD 13 miliar digelontorkan hingga tahun 2030.
Melihat semangat dan optimisme saat ini, rasanya mencatatkan diri
sebagai pemain utama kendaraan listrik dunia bisa jadi tak hanya sebatas
cita-cita Indonesia. Namun kembali lagi, sebuah langkah besar membutuhkan
perjuangan panjang dan pengorbanan yang tidak sedikit. Kebijakan untuk
mendorong perkembangan mobil listrik harus terus dikawal. Insentif perlu
disiapkan agar harga semakin kompetitif. Terakhir, pemanfaatan sumber daya dan
kemampuan domestik harus terus didorong agar kebijakan benar-benar memberikan
multiplier effect bagi kesejahteraan rakyat. Secara bertahap, namun pasti.
Dipublikasikan:
https://www.republika.co.id/berita/qvm6bk291/membidik-harga-murah-mobil-listrik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar